ACARA 5-PROBLEMATIKA KESUBURAN TANAH DI SEKITAR

Kesuburan tanah merupakan salah satu faktor mutu tanah yang ditentukan oleh interaksi sifat kimia, fisika, dan biologi tanah yang menjadi habitat dari akar-akar aktif tanaman. Tanah memiliki kemampuan menghasilkan bahan tanaman yang dapat dipanen yang disebut kesuburan tanah. Kesuburan tanah terbagi dua yaitu kesuburan tanah aktual dan kesuburan tanah potensial. Kesuburan tanah aktual merupakan kesuburan tanah yang asli/alamiah, sedangkan kesuburan tanah potensial merupakan kesuburan tanah maksimum yang dapat dicapai dengan intervensi teknologi yang mengoptimumkan semua faktor (Notohadiprawiro et al., 2006).

Pelaksanaan praktikum acara 5 problematika kesuburan tanah sekitar dilakukan pada hari Rabu, 14 Oktober 2020 dengan mewawancarai petani yang dilakukan di Kelurahan Jatimekar, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat. Narasumber dari wawancara ini adalah Bapak Yadi. Bapak Yadi adalah seorang petani tanaman cabai varietas Gada MK. Wawancara kali ini dilakukan untuk mengetahui problematika terkait kesuburan tanahnya. Hasil wawancara yang saya dapatkan adalah sebagai berikut.

Landuse atau lahan yang digunakan oleh Bapak Yadi untuk menanam tanaman cabai adalah lahan tegalan dengan luas lahan 1.500 m². Tanaman cabai bisa beradaptasi di dataran rendah maupun di dataran tinggi sampai ketinggian 1400 m di atas permukaan laut, tetapi biasanya pertumbuhan tanaman cabai di dataran tinggi lebih lambat (Sumarni dan Muharam, 2005). Pak Yadi menggunakan pupuk berimbang yaitu pupuk organik (pupuk kandang) dan anorganik (NPK, Mutiara, dan KNO). Pemupukan organik penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman tanpa menimbulkan dampak yang tidak diinginkan terhadap lingkungan. Pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah dan berpotensi meningkatkan produksi tanaman, perubahan sifat fisik dan kimia tanah termasuk ketersediaan hara, struktur tanah, kapasitas menahan air, kapasitas pertukaran kation, pH tanah, serta aktivitas mikroba tanah (Suge et al., 2011). Pak Yadi menyatakan lebih menyukai pupuk anorganik dibandingkan organik karena hasil yang didapat lebih cepat dan bagus dibanding organik. Menurut Altieri dan Nicholls (2003) pupuk kimia dapat mempengaruhi keseimbangan nutrisi pada tanaman, dan apabila penggunaan yang berlebihan akan menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi, yang pada akhirnya akan mengurangi resistensi terhadap hama serangga. Sebaliknya pertanian organic mendorong peningkatan bahan organik tanah dan aktivitas mikroba dan pelepasan nutrisi tanaman secara bertahap sehingga memungkinkan tanaman memperoleh nutrisi yang lebih seimbang. Pola tanam untuk tanaman cabai Gada MK ini ialah monokultur.

Permasalahan pada lahan tanaman cabai yang dihadapi adalah terkait penyakit busuk pada cabai bisa disebut antraknosa. Penyakit antraknosa merupakan pnyakit busuk buah yang memiliki gejala awal berupa bercak coklat kehitaman pada buah, kemudian membusuk Sumarni dan Muharam, 2005). Penyakit antraknosa bisa menyebabkan penurunan produktivitas karena menyebabkan kerugian pada lahan. Sampai saat ini pengendalian penyakit antraknosa adalah dengan fungisida sintetik, tetapi penggunaan yang terus menerus dapat berdampak buruk bagi lingkungan. Berdasarkan penelitian Putro et al (2014), penggunaan mikroba antagonis dari berbagai agens hayati dapat mengendalikan penyakit antraknosa pada cabai.

Pada akses pupuk tidak terdapat kendala karena petani membeli dari toko pertanian maupun dari supplier pupuk berlangganan. Kondisi tanah memiliki pH normal yaitu 6-7, tidak terdapat batu di area lahan, tekstur dari tanah merupakan lempung berpasir berwarna merah dengan struktur tanah granular. Tanaman cabai cocok ditanam di tanah sawah maupun tegalan. Kisaran tanah yang ideal adalah 6,5-6,8, apabila pH tanah dibawah 6,5 atau di atas 6,8 pertumbuhan tanaman cabai akan terhambat sehingga menyebabkan rendahnya produksi. Pengairan tanaman cabai di lahan tersebut sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, karena apabila kelebihan atau kekurangan air akan menyebabkan merangsang tumbuhnya jamur dan bakteri hingga akan mati (Harpenas dan Dermawan, 2010).  Riwayat penggunaan lahan yaitu sebelum lahan ditanami oleh cabai, terdapat tanaman lain yang sudah pernah ditanam sebelumnya seperti pare ataupun melon. Karena seringnya penggunaan lahan tersebut bisa menyebabkan produktivitas tanah menurun yaitu pH menjadi asam, maka sebelum penanaman dimulai, petani memberikan kapur untuk menetralkan pH agar bisa ditanami tanaman selanjutnya.

Berikut ini merupakan dokumentasi saya dengan Pak Yadi

 

                                                Foto 1. Tanaman Cabai Gada MK


                                                          Foto 2. Foto bersama Pak Yadi


                                                Foto 3. Lahan Tanaman Cabai Gada MK

DAFTAR PUSTAKA

Altieri, M. A., & Nicholls, C. I. 2003. Soil fertility management and insect pests: harmonizing soil and plant health in agroecosystems. Soil and Tillage Research, 72(2), 203-211.

Harpenas, A., & Dermawan, R. 2010. Budi Daya Cabai Unggul. PT Niaga Swadaya.

Notohadiprawiro, T., Soekodarmodjo, S., & Sukana, E. 2006. Pengelolaan kesuburan tanah dan peningkatan efisiensi pemupukan. Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Gajah Mada.

Putro, N. S., Aini, L. Q., & Abadi, A. L. 2014. Pengujian konsorsium mikroba antagonis untuk mengendalikan penyakit antraknosa pada cabai merah besar (Capsicum annuum L.). Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan, 2(4), pp-44.

Suge, J. K., Omunyin, M. E., & Omami, E. N. 2011. Effect of organic and inorganic sources of fertilizer on growth, yield and fruit quality of eggplant (Solanum Melongena L). Archives of Applied Science Research3(6): 470-479.

 

Komentar

Postingan Populer